SELAMAT DATANG DI GUBUG MAYA IMAM BASUNI https://imambasunipps.blogspot.co.id

AL-QUR’AN SEBAGAI DASAR PENDIDIKAN : ANALISIS SURAT AL-ALAQ 1-5



BAB I

PENDAHULUAN

Islam adalah satu-satunya agama samawi yang memberikan perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan. Perhatian ini dibuktikan melalui turunnya wahyu pertama al-Qur’an surat  al-‘Alaq 1-5. Sebagian mufassirin menyatakan bahwa ayat tersebut sebagai proklamasi dan motivasi terhadap ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, kita harus memberikan skala prioritas yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Tanpa itu, kita akan terus diatur, dijajah, dan didekte oleh bangsa lain yang lebih tinggi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Dengan kemajuan iptek kita dapat mensejahterakan kehidupan umat manusia, dan mengelola alam dengan baik.

Mengenai wahyu pertama dalam surat al-‘Alaq tersebut, terdapat khilafiyah dikalangan ulama’, Pendapat minoritas mengatakan bahwa surat yang pertama kali turun yaitu surat al-Fatihah. Diantara yang berpendapat seperti itu adalah Syekh Muhammad Abduh dengan dalil riwayat Al-Baihaqi yang ternyata haditsnya adalah dho’if, dan dalil aqli (secara akal) yang menyatakan bahwa Allah akan menjelaskan sesuatu dari yang global, sedangkan Al-Fatihah mencakup penjelasan Al-Qur’an secara global.

Namun golongan mayoritas tidak sependapat dengan hal itu karena lebih berpegang pada hadits yang lebih shohih diriwayatkan oleh Imam Al Bukhori yang menjelaskan bagaimana peristiwa pertama kali turunnya Al Qur’an, dan yang turun pertama kali yaitu surat Al ‘Alaq (ayat 1-5).





BAB II

PEMBAHASAN



A.                 Pengertian Al-Qur’an


Secara bahasa kata قرأ,يقرأ,قرانا artinya  “yang di baca atau bacaan”. Dan kata “القرأءة والقرانmengandung arti “pembacaan, bacaan”[1]
Adapun definisi al-Qur’an ialah Kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah.[2]
Dengan definisi ini kalam Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi selain Nabi Muhammad SAW, tidak dinamakan al-Qur’an, seperti Taurat, Zabur dan Injil. Demikian pula kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang tidak dianggap membacanya sebagai ibadah, seperti hadits qudsi tidak pula dinamakan al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan kitab induk maksudnya rujukan utama dari segala rujukan, sumber dari segala sumber, basis bagi segala sains dan pengetahuan sejauh mana keabsahan ilmu harus diukur standarnya adalah dengan al-Qur’an. Mushaf al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muham­mad SAW dalam bahasa Arab. Sehingga banyak terjemahan al-Qur’an, baik yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris atau bahasa lain. Tidak ada al-Qur’an lain atau versi lain al-Qur’an selain al-Qur’an itu sendiri. Al-Qur’an tetap eksis hanya dalam bahasa arab sejak diturunkan.


B.                 Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. [3]

C.                 Pengertian Analisis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian Analisis secara bahasa adalah Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya dan lain sebagainya).[4]
Menurut John M. Echols pada Kamus Inggris arti analisis adalah analisa, pemisahan, pemeriksaan yang teliti. [5]
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer karangan Peter Salim dan Yenni Salim (2002) menjabarkan pengertian analisis sebagai berikut:
a)      Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan, karangan dan sebagainya) untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal usul, sebab, penyebab sebenarnya, dan sebagainya).
b)      Analisis adalah penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian, penelaahan bagian-bagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk mendapatkan pengertian yang tepat dengan pemahaman secara keseluruhan.
c)      Analisis adalah penjabaran (pembentangan) sesuatu hal, dan sebagainya setelah ditelaah secara seksama.
d)      Analisis adalah proses pemecahan masalah yang dimulai dengan hipotesis (dugaan, dan sebagainya) sampai terbukti kebenarannya melalui beberapa kepastian (pengamatan, percobaan, dan sebagainya).
e)      Analisis adalah proses pemecahan masalah (melalui akal) ke dalam bagian-bagiannya berdasarkan metode yang konsisten untuk mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasarnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional (2005) menjelaskan bahwa analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.[6]

Berdasarkan beberapa pendapat diatas menurut penulis, sependapat dengan Peter Salim dan Yenni Salim dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan, karangan dan sebagainya) untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal usul, sebab, penyebab sebenarnya, dan sebagainya).

D.                Analisis Surat Al-‘Alaq 1-5

Al-Quran melihat pendidikan sebagai sarana yang amat strategis dan ampuh dalam mengangkat harkat dan martabat manusia dari keterpurukannya sebagaimana dijumpai di abad jahiliyah. Hal ini dapat dipahami karena dengan pendidikan seseorang akan memiliki bekal untuk memasuki lapangan kerja, merebut berbagai kesempatan dan peluang yang menjanjikan masa depan, penuh percaya diri, dan tidak mudah diperalat oleh manusia lain.
Paradigma Islam dalam melihat masalah pendidikan sebagaimana dijumpai dalam al-Qur’an ini tampak belum sepenuhnya dipahami dan dipraktekkan oleh umat Islam di Indonesia. Buktinya mayoritas umat Islam di Indonesia masih amat terbelakang dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, kebudayaan, peradaban dan lain sebagainya. Hal ini merupakan kondisi obyek yang memperlihatkan masih adanya kesenjangan atau jurang yang amat dalam antara umat Islam dengan ajaran al-Qur’an dengan al-Sunah yang seharusnya diamalkan. Al-Qur’an yang sudah turun sejak lima belas abad yang lalu ternyata belum dipahami dan dipraktekkan oleh umat Islam pada umumnya, dan umat Islam Indonesia  pada khususnya. Kesenjangan ini boleh jadi karena umat Islam Indonesia belum banyak yang memahami tentang kandungan ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah, dan secara khusus belum banyak ulama yang memberikan fokus perhatian terhadap kajian pendidikan dari perspektif al-Qur’an.

Berdasarkan pada pemikiran tersebut diatas, makalah ini akan mengkaji surat al-‘Alaq 1-5 dalam hubungannya dengan masalah al-Qur’an sebagai dasar pendidikan. Pembahasan tulisan ini dimulai dengan menjelaskan latar belakang turunnya surat ini, sehingga makna yang terkandung dalam surat ini khususnya ayat 1-5 akan dapat dipahami, dengan memahami makna yang terkandung dalam surat ini, dan penafsiran para mufassir maka penulis akan menganalisis surat al-‘Alaq 1-5 sebagai dasar pendidikan.  Sumber rujukan yang akan digunakan dalam makalah ini kitab tafsir  al-Jalalain karangan Jalaluddin Asy-Syuyuthi & Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy serta sumber-sumber lain yang relevant.

1.      Sejarah Turunnya Surat Al-‘Alaq

Surat al-‘Alaq yang terdiri dari 19 ayat ini tergolong surat Makkiyah. Hubungannya dengan surat sebelumnya (yaitu surat at-Tiin) adalah bahwa pada surat sebelumnya itu dibicarakan tentang penciptaan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, sedangkan dalam surat al-‘Alaq (segumpal darah) ini dibicarakan tentang penciptaan manusia dari al-Alaq (segumpal darah) hingga nasibnya diakhirat nanti. Dengan demikian surat al-Alaq ini seperti al-Shar wal bayan (penjelasan dan keterangan) terhadap keterangan terdahulu.[7]  
 
Para ahli tafsir pada umumnya berpendapat bahwa ayat pertama sampai dengan ayat kelima surat ini termasuk ayat-ayat pertama kali diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu pada waktu ia berkhalwat di gua Hira’. Abi al-Fida’ Ismail Ibn Katsir menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW pertama kali menerima lima ayat surat al-‘Alaq ini ketika ia sedang beribadah di gua Hira. Pada saat itu Malaikat Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW dan menyuruhnya membaca ayat-ayat tersebut, dan setelah tiga kali Malaikat Jibril tersebut, barulah nabi dapat membaca kelima ayat tersebut.  
Berkenaan dengan turunnya surat al-‘Alaq ini, sumber lain menyebutkan mengenai adanya ayat dari surat tersebut yang tidak diturunkan sekaligus di gua Hira, yaitu ayat 17 sampai 19. Dalam hubungan  ini al-Naisabury menjelaskan bahwa ayat 17 sampai 19 diturunkan berkenaan dengan kasus Abu Jahal. Menurut Abu Mansur al-Baghdadi yang diterima dari Abu Abdullah bin Yazid al-Huzy, yang diterima dari Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan, yang diterima dari Abu Sa’id al-Asyadz, yang diterima dari Abu Kholid Abdul Aziz bin Hind dari Ibnu Abbas, yang menceritakan ketika Rasulullah SAW sedang melaksanakan shalat datanglah Abu Jahal dan berkata : Bukankah aku telah melarangmu melakukan perbuatan ini? Menghadapi permasalahan tersebut Rasulullah SAW berpaling meninggalkan Abu Jahal, kemudian Abu Jahal berkata lagi : Demi Allah sesungguhnya engkau niscaya akan tahu bahwa dengan shalat tersebut engkau termasuk orang yang paling banyak memohon daripada saya. Dalam keadaan demikian maka turunlah ayat 17 sampai 19 tersebut. [8]

2.      Kandungan Surat Al-‘Alaq 1-5

Surat al-‘Alaq 1-5  berbunyi :

ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ
t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ
ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ
Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ
zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
Artinya :
1.  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2.  Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.  Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4.  Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5.  Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
      [1589]  Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca. [9]


a)      Menurut Tafsir Jalalain :

1.       (Bacalah) maksudnya mulailah membaca dan memulainya (dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan) semua makhluk.
2.      (Dia telah menciptakan manusia) atau jenis manusia (dari 'alaq) lafal 'Alaq bentuk jamak dari lafal 'Alaqah, artinya segumpal darah yang kental.
3.      (Bacalah) lafal ayat ini mengukuhkan makna lafal pertama yang sama (dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah) artinya tiada seorang pun yang dapat menandingi kemurahan-Nya. Lafal ayat ini sebagai Haal dari Dhamir yang terkandung di dalam lafal Iqra'.
4.      (Yang mengajar) manusia menulis (dengan qalam) orang pertama yang menulis dengan memakai qalam atau pena ialah Nabi Idris a.s.
5.      (Dia mengajarkan kepada manusia) atau jenis manusia (apa yang tidak diketahuinya) yaitu sebelum Dia mengajarkan kepadanya hidayah, menulis dan berkreasi serta hal-hal lainnya..[10]

b)      Menurut Tafsir Al Azhar :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan” (ayat 1). Dari suku kata pertama saja yaitu “bacalah”, telah terbuka kepentingan pertama dalam perkembangan agama ini selanjutnya. Nabi Muhammad disuruh untuk membaca wahyu yang akan diturunkan kepada beliau atas nama Allah, Tuhan yang telah menciptakan. Yaitu Menciptakan manusia dari segumpal darah (ayat 2). Yaitu peringkat yang kedua sesudah nuthfah. Yaitu segumpal air yang telah berpadu dari mani si laki-laki dengan mani si perempuan yang setelah 40 hari lamanya, air itu akan menjelma menjadi segumpal darah dan dari segumpal darah itu kelak setelah 40 hari akan menjadi segumpal daging. “Bacalah, dan tuhanmu itu adalah maha mulia” (ayat 3). Setelah pada ayat pertama beliau menyuruh membaca dengan nama Allah yang menciptakan manusia dari segumpal darah, diteruskan lagi menyuruh membaca diatas nama Tuhan. Sedang nama Tuhan yang selalu akan diambil jadi sandaran hidup itu ialah Allah yang Maha Mulia, Maha Dermawan, Maha Kasih dan Saying kepada mahluknya. “Dia yang mengajarkan dengan kalam” (ayat 4). Itulah istimewanya Tuhan itu lagi. Itulah kemulianya yang tertinggi.Yaitu diajarkanya kepada manusia berbagai ilmu, dibukanya berbagai rahasia, diserahkanya berbagai kunci untuk pembuka perbendaharaan Allah yaitu dengan qalam. Dengan pena disamping lidah untuk membaca, Tuhanpun mentaksirkan pula bahwa dengan pena ilmu dapat dicatat. Pena itu  kaku dan beku serta tidak hidup namun yang dituliskan oleh pena itu adalah berbagai hal yang dapat difahami oleh manusia “Mengajari manusia apa-apa yang dia tidak tahu” (Ayat 5). Terlebih dahulu Allah ta’ala mengajar manusia mempergunakan qalam. Sesudah dia pandai mempergunakan qalam itu banyaklah ilmu pengetahuan diberikan oleh Allah kepadanya, sehingga dapat pula dicatat ilmu yang baru didapatnya itu dengan qalam yang sudah ada dalam tanganya.[11]

c)      Menurut  Al-Raghib al-Asfahami dan Al-Maraghi
Menurut Al-Raghib al-Asfahani secara harfiah kata qara’ yang terdapat pada ayat tersebut berarti menghimpun huruf-huruf dan kalimat yang satu dengan kalimat lainnya dan membentuk suatu bacaan Menurut al-Maraghi secara harfiah diartikan jadilah engkau orang yang dapat membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang telah menciptakanmu, walaupun sebelumnya engkau tidak dapat melakukannya. Selain itu juga mengandung perintah agar manusia memiliki keimanan, yaitu berupa keyakinan terhadap adanya kekuasaan dan kehendak Allah, juga mengandung pesan ontologis tentang sumber ilmu pengetahuan. Allah menyuruh Nabi untuk membaca, dengan objek bacaan yang bermacam-macam, ayat yang tertulis ataupun ayat yang tidak tertulis (alam jagat raya dengan segala hukum kualitas yang ada di dalamnya dan pada diri manusia). Berbagai ayat tersebut dibaca dalam arti ditelaah, diobservasi, diidentifikasi, dikategorisasi, dibandingkan, dianalisa dan disimpulkan yang dapat menghasilkan ilmu pengetahuan.  Pada hakikatnya seluruh ilmu itu kepunyaan Allah, dan harus diabdikan untuk Allah, manusia hanya menemukan dan memanfaatkan ilmu-ilmu yang harus ditujukan untuk mengenal, mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah. Dengan demikian ayat pertama surat al-‘Alaq terkait dengan objek, sasaran dan tujuan pendidikan.
Ayat yang berbunyi al-‘Alaq, menurut al-Raghib al-Asfahani berarti darah yang beku (al-damm al-jamid). Menurut al-Maraghi ayat tersebut menjelaskan bahwa Dialah (Allah) yang menjadikan manusia dari segumpal darah menjadi makhluq yang paling mulia, dan selanjutnya Allah memberikan potensi (al-qudrah) untuk berasimilasi dengan segala sesuatu yang ada di alam raya yang selanjutnya bergerak dengan kekuasaan-Nya, sehingga ia menjadi makhluq yang sempurna, dan dapat menguasai bumi dengan segala isinya. Kekuasaan Allah itu telah diperlihatkan ketika Dia memberikan kemampuan membaca kepada Nabi Muhammad SAW, sekalipun sebelum itu ia belum pernah belajar membaca.
Pengulangan kata iqra’, menurut al-Maraghi pengulangan kata iqra’ didasarkan pada alasan bahwa membaca itu tidak akan membekas dalam jiwa kecuali dengan diulang-ulang dan membiasakannya, perintah Allah untuk mengulang membaca berarti mengulang apa yang dibaca. Kata iqra’ mengandung arti yang luas yaitu mengenali, mengidentifikasi, mengklasifikasi, membandingkan, menganalisa, menyimpulkan dan membuktikan yang terkait dengan proses memindahkan ilmu pengetahuan yang erat kaitannya dengan metode pendidikan
Kata al-qalam, menurut al-Raghib al-Asfahani berarti potongan dari sesuatu yang agak keras seperti kuku dan kayu yang secara khusus digunakan untuk menulis. Al-Maraghi menjelaskan bahwa Dia-lah Allah yang menjadikan qalam sebagai media yang digunakan manusia untuk memahami sesuatu, sebagaimana mereka memahaminya melalui ucapan. Lebih lanjut mengatakan bahwa qalam itu adalah alat yang keras dan tidak mengandung unsur kehidupan dan tidak mengandung unsur pemahaman. Pengertian al-qalam untuk selanjutnya tidak terbatas hanya pada alat tulis tetapi menampung seluruh pengertian yang berkaitan dengan media sebagai alat penyimpan, merekam, dll. yang itu semua berkaitan dengan teknologi pendidikan.[12]
            Dari beberapa pendapat para mufassir diatas penulis menganalisa bahwa :
1.      Berkat kekuasaan dan kehendak Allah manusia dapat membaca, dengan membaca dapat memahami pengetahuan, dengan pengetahuan hidup akan lebih mudah dan terarah.
2.      Hakikat seluruh ilmu itu kepunyaan Allah dan harus diabdikan untuk Allah.   
KESIMPULAN

Setelah mengadakan penganalisaan, maka kesimpulan yang  diperoleh adalah sebagai berikut:
1.              Al-Qur’an ialah Kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah.
2.              Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
3.              Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan, karangan dan sebagainya) untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal usul, sebab, penyebab sebenarnya, dan sebagainya).
4.              Surat al-‘alaq berisi penjelasan tentang perintah membaca dalam arti yang seluas-luasnya, membaca ayat yang tersurat maupun tersirat, yang berkaitan dengan perintah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan secara komprehensif. Yang akan terkait dengan metode dan kurikulum pendidikan.

Surat Al-‘alaq berisi penjelasan tentang asal-usul kejadian manusia beserta sifat-sifatnya yang membantu merumuskan tujuan, materi dan metode pendidikan.
Surat al-‘alaq berisi penjelasan tentang kekuasaan Allah, bahwa Dia berkuasa untuk menciptakan manusia, memberikan nikmat dan karunia berupa kemampuan membaca. Sifat Allah yang Maha melihat terhadap segala perbuatan yang dilakukan manusia serta berkuasa untuk memberikan balasan yang setimpal. Uraian di atas sangat membantu dalam merumuskan tujuan pendidikan
Surat al-‘alaq berisi tentang perlunya alat dalam melakukan kegiatan dalam upaya mengembangkan dan pemeliharaan ilmu pengetahuan sebagai sarana pendidikan.



AL-QUR’AN SEBAGAI DASAR PENDIDIKAN : ANALISIS SURAT AL-ALAQ 1-5


MAKALAH PADA MATA KULIAH
STUDI AL-QUR’AN : METODOLOGI DAN TEMATIK







 













Disusun oleh :
IMAM BASUNI 
NPM : 1202001


Dosen Pengampu :
Prof.
Dr. TOBIBATUSSAADAH, M.Ag


PROGRAM PASCA SARJANA 
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STAIN JURAI SIWO METRO
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR



Segala puji milik Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada orang-orang yang beriman dan beramal sholeh.

Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang paling baik diantara jalan yang ada didunia ini untuk menuju kepada ridhotillah Tuhan semesta alam.

Dengan ma’unah (pertolongan) Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran serta masukan yang membangun guna perbaikan dikemudian hari.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya, dan penulis pada khususnya.


                                                                                    Metro,   September 2012
                                                                                   

Penulis


DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I  PENDAHULUAN................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 2
A. Pengertian Al-Qur’an....................................................................... 2
B. Pengertian Pendidikan...................................................................... 2
C. Pengertian Analisis........................................................................... 3
D. Analisis Surat Al-‘Alaq 1-5.............................................................. 4
1. Sejarah Turunnya Surat Al-‘Alaq................................................ 5
2. Kandungan Surat Al-‘Alaq 1-5................................................... 6
a. Menurut Tafsir Jalalain.......................................................... 7
b. Menurut Tafsir Al-Azhar....................................................... 8
c. Menurut Al-Raghib dan Al-Maraghi...................................... 9
BAB III KESIMPULAN................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA



DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Cet XIV;Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997
DEPAG RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Jakarta, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 1978)
http://bio-sanjaya.blogspot.com/2012/04/pendidikan-pengertian-pendidikan.html 18-09-2012, 09.23
Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline Versi 1.1, 2010
John M.Echol and Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Cet XX; Jakarta Gramedia Pustaka Utama, 1992
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22091/4/Chapter%20II.pdf , 10-09-2012, 08.00
Ahmad Mushthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jilid X,(Beirut: Dar al-Fikr)
Abi al-Hasan Ali bin Ahmad al-Wahdy al-Naisabury, Asbabun Nuzul, (Beirut: Dar al-Fikr, 1311 H/1991 M)
Muhamad Taufiq, Qur’an In Word Ver 1.0.0,
Pesantren Persatuan Islam 91, Tafsir Jalalain Versi2.0, Tasikmalaya
Prof Dr Hamka, Tafsir al-Azhar,Jilid 10
http://awalbarri.wordpress.com/2009/02/26/asal-usul-kejadian-manusia-tafsir-suratal alaq,18-09-2012, 09.38


[1] Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Cet XIV;Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997, 1102
[2] DEPAG RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Jakarta, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 1978), 16 
[3]  http://bio-sanjaya.blogspot.com/2012/04/pendidikan-pengertian-pendidikan.html 18-09-2012, 09.23
[4]  Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline Versi 1.1, 2010
[5]  John M.Echol and Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Cet XX; Jakarta Gramedia Pustaka Utama, 1992, hal 28
[6] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22091/4/Chapter%20II.pdf , 10-09-2012, 08.00
[7]  Ahmad Mushthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jilid X,(Beirut: Dar al-Fikr, hal. 197.
[8]  Abi al-Hasan Ali bin Ahmad al-Wahdy al-Naisabury, Asbabun Nuzul, (Beirut: Dar al-Fikr, 1311 H/1991 M), hal 303
[9]  Muhamad Taufiq, Qur’an In Word Ver 1.0.0,
[10]  Pesantren Persatuan Islam 91, Tafsir Jalalain Versi2.0, Tasikmalaya
[11] Prof Dr Hamka, Tafsir al-Azhar,Jilid 10, hal 8059-8060
[12]  http://awalbarri.wordpress.com/2009/02/26/asal-usul-kejadian-manusia-tafsir-suratal alaq,18-09-2012, 09.38